Etika dan Tantangan Evaluasi Sistem
Source: Dev.to
9.1 Bias Data dalam Evaluasi Sistem
Bias data adalah kesalahan sistematis yang membuat evaluasi tidak adil – seperti timbangan yang miring.

Ilustrasi di atas menunjukkan bagaimana data yang bias dapat menghasilkan analisis yang melenceng, mirip timbangan rusak.

Diagram ini menggambarkan alur bias mulai dari data training hingga output AI.
9.1.1 Jenis‑jenis Bias Data
| Jenis Bias | Penjelasan | Contoh |
|---|---|---|
| Sampling Bias | Sampel tidak representatif. | Evaluasi sistem rekrutmen hanya memakai data kota besar → diskriminasi kandidat desa. |
| Confirmation Bias | Hanya mencari bukti yang mendukung hipotesis. | “Sistem ini bagus!” → mengabaikan feedback negatif. |
| Anchoring Bias | Terpaku pada informasi pertama. | Nilai sistem tinggi karena demo awal bagus, padahal performa jangka panjang menurun. |
| Availability Bias | Terpengaruh data yang mudah diingat. | Fokus pada kasus kegagalan spektakuler, mengabaikan ribuan keberhasilan. |
| Algorithmic Bias | Algoritma memperkuat bias data. | Sistem kredit AI menolak pinjaman perempuan karena data historis didominasi laki‑laki. |
9.1.2 Deteksi Bias dalam Evaluasi
- Teknik: Bandingkan performa antar kelompok (gender, usia, lokasi).
- Alat:
Fairlearn(Python),AIF360(IBM). - Validasi: Cross‑check dengan data eksternal yang independen.
9.1.3 Mitigasi Bias Data
- Diversifikasi data, randomisasi, dan koreksi bias (mis. re‑weighting).
- Desain evaluasi adil: gunakan multiple evaluator independen.
9.1.4 Studi Kasus: Bias dalam Evaluasi Sistem
Kasus nyata: Sistem pengenalan wajah memiliki akurasi 99 % untuk kulit terang, tetapi hanya 70 % untuk kulit gelap → diskriminasi rasial.
9.2 Privasi Informasi dalam Evaluasi
Privasi adalah hak dasar; evaluasi tidak boleh mengungkap data sensitif.

Infografis di atas menjelaskan enam prinsip utama GDPR secara ringkas.

Visualisasi ini memperlihatkan proteksi data secara visual.
9.2.1 Konsep Privasi Data
- Definisi: Kontrol individu atas data pribadinya.
- Regulasi utama: GDPR (Eropa), PDPA (Indonesia), CCPA (California).
- Hak subjek data: Akses, koreksi, penghapusan.
9.2.2 Perlindungan Data dalam Evaluasi
- Anonimisasi: Menghapus identifier langsung.
- Pseudonimisasi: Mengganti identifier dengan kode.
- Enkripsi dan access control (role‑based) untuk melindungi data selama penyimpanan dan transmisi.
9.2.3 Etika Pengumpulan Data
- Informed consent: Jelaskan tujuan evaluasi secara jelas kepada pemilik data.
- Minimisasi: Kumpulkan hanya data yang diperlukan.
9.2.4 Studi Kasus: Pelanggaran Privasi dalam Evaluasi
Cambridge Analytica: Data Facebook dipakai untuk evaluasi tanpa persetujuan → manipulasi pemilu.
9.3 Isu Etika dalam Pengambilan Keputusan
Evaluasi sering dihadapkan pada dilema: akurasi vs. etika?

Klasik trolley problem untuk mobil otonom – keputusan apa yang seharusnya diambil?

Storyboard ini menampilkan contoh dilema etika yang diambil dari literatur.
9.3.1 Dilema Etika dalam Evaluasi
- Konflik kepentingan: Menyeimbangkan kebutuhan bisnis dengan tanggung jawab sosial.
- Transparansi vs. kerahasiaan: Mengungkap metodologi evaluasi tanpa mengorbankan keamanan data.
- Keputusan otomatis vs. manusia: Kapan harus mempercayakan keputusan pada AI dan kapan harus melibatkan penilai manusia.
(Catatan: bagian ini dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai kebutuhan pembaca.)
9.3 Evaluasi Etika
9.3.1 Konflik Kepentingan
- Evaluator dibayar sponsor → Tekan hasil positif.
- Transparansi vs. kerahasiaan: Publikasi hasil vs. lindungi data rahasia.
9.3.2 Prinsip Etika Evaluasi
- Beneficence – bermanfaat
- Non‑maleficence – jangan merugikan
- Justice – adil
- Autonomy – hormati pilihan
9.3.3 Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan Etis
- Identify issue
- Generate options
- Evaluate options
- Decide
- Document
9.3.4 Studi Kasus: Keputusan Etis dalam Evaluasi
Kasus: Evaluasi sistem surveillance – efisien tapi berpotensi melanggar privasi?
9.4 Fairness dan Inclusivity dalam Evaluasi
Evaluasi harus inklusif – jangan diskriminasi!

Cycle bias and fairness menggambarkan bagaimana fairness menjadi bagian integral AI.

Diagram understanding bias menjelaskan sumber bias dan fairness.
9.4.1 Evaluasi yang Inklusif
- Universal design: dapat diakses oleh penyandang disabilitas.
- Cultural sensitivity: uji dengan pengguna dari beragam budaya.
9.4.2 Fairness Metrics
- Demographic Parity: hasil yang sama antar kelompok.
- Equal Opportunity: kesempatan yang adil untuk semua.
9.4.3 Menangani Diskriminasi dalam Sistem
- Identifikasi pola diskriminatif → remediasi dengan re‑training.
9.5 Tantangan Implementasi Evaluasi
Evaluasi tidak selalu mulus – ada rintangan!

Diagram challenges in prognostics menggambarkan hambatan teknis.

Obstacles in adaptive management memvisualisasikan hambatan lainnya.
9.5.1 Tantangan Teknis
- Kompleksitas sistem, keterbatasan data.
9.5.2 Tantangan Organisasi
- Resistensi perubahan, keterbatasan anggaran.
9.5.3 Tantangan Sosial
- Membangun kepercayaan dengan pengguna.
9.5.4 Strategi Mengatasi
- Change management, stakeholder engagement.
9.6 Kode Etik Profesional Evaluasi Sistem
Evaluator harus memiliki integritas tinggi.

Ilustrasi purpose of code of ethics menggambarkan prinsip‑prinsip utama.

Professional ethics template visual dan mudah dipahami.
9.6.1 Standar Profesional
- Kompetensi, integritas, tanggung jawab sosial.
9.6.2 Praktik Etis
- Objektivitas, akuntabilitas.
9.6.3 Pengembangan Profesi
- Sertifikasi, komunitas.
9.6.4 Studi Kasus: Etika Profesional dalam Aksi
Kasus: Whistleblower yang melaporkan bias dalam sistem.
9.7 Rangkuman dan Latihan
Rangkuman: Etika evaluasi adalah kompas moral – bias, privasi, fairness, dan integritas harus menjadi prioritas.
Pertanyaan Diskusi
- Apa dilema etika terbesar dalam evaluasi AI saat ini?
- Bagaimana cara Anda memitigasi bias di proyek Anda?
Case Study
Analisis kasus COMPAS (sistem prediksi kriminalitas yang bias rasial).
Selamat berefleksi, teman‑teman! Etika bukan beban, melainkan fondasi sistem informasi yang bertanggung jawab. Terus praktikkan etika – dunia membutuhkan evaluator seperti kalian! ⚖️✨